BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Keberbakatan
Istilah gifted
pertama kali dikemukakan oleh Guy M Whipple, untuk menunjukkan keadaan
anak-anak yang memiliki kemampuan normal (Reni, Hawadi: 2002). Secara
teminologi, gifted berarti berbakat.
Pada saat itu, Whipple hanya mengkhususkan berbakat diperuntukkan bagi anak
yang memiliki kemampuan supernormal atau jauh di atas rata-rata anak pada
umumnya.
Banyak pendapat yang disampaikan oleh para ahli
terkait dengan konsep keberbakatan ini. Pada dasarnya memiliki pengertiannya
masing-masing, namun bermuara pada satu makna. Memang terdapat beberapa istilah
terkait dengan keberbakatan ini, diantaranya bright, talented, eminence, brilliant dan gifted,
semua kata tersebut memiliki tingkatan masing-masing.
Krapp (dalam Reni, Hawadi: 2002), menyimpulkan bahwa
istilah keberbakatan digunakan dalam sejumlah cara yang beberapa kelihatannya
kontradiktif, diantaranya:
1. Umum
tetapi juga spesifik, keberbakatan berkenaan dengan dimensi intelektual umum,
namun juga terlihat sebagai manifestasi dalam keberbakatan dibidang khusus.
2. Suatu
penyebab tetapi juga suatu hasil, prestasi khusus dapat dilihat sebagai hasil
dari keberbakatan, namun adanya prestasi khusus juga disebabkan adanya cap
seseorang anak berbakat.
3. Keduanya
kuantitatif dan kualitatif, jika berbicara tentang tingkatan keberbakatan, juga
membahas macam keberbakatan yang dimiliki seseorang.
Seminar nasional pengembangan pendidikan luar biasa
(dalam Ichrom: 1988), anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi sebagai
anak yang mampu mencapai prestasi menonjol pada dirinya karena mempunyai
kemampuan-kemampuan yang unggul, kemampuan itu adalah kemampuan intelektual
umum, akademik khusus, berpikir kreatif produktif, kemampuan memimpin, dan
kemampuan pada salah satu bidang seni dan kontemporer.
B.
Klasifikasi
Keberbakatan Intelektual
Zahara, T (2001), klasifikasi intelegensi menurut
David Weschler dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel
2.1
Klasifikasi
Intelegensi David Weschler
IQ
|
Klasifikasi
Intelegensi
|
Persentasi
|
|
Kurva
Normal
|
Aktual
Sampel
|
||
Di
atas 130
|
Sangat cerdas
|
2,2%
|
2,3%
|
120
– 129
|
Cerdas
|
6,7%
|
7,4%
|
110
– 119
|
Di atas rata-rata
|
16,1%
|
16,5%
|
90
– 109
|
Rata-rata
|
50%
|
49,4%
|
80
– 89
|
Di bawah rata-rata
|
16,1%
|
16,2%
|
70
– 79
|
Perbatasan
|
6,7%
|
6,0%
|
0
– 69
|
Keterbelakangan
mental
|
2,2%
|
2,2%
|
C.
Ciri-Ciri
Anak Berbakat
Hoyle dan Walks (dalam Semiawan: 1997), anak
berbakat pada umumnya menunjukkan ciri-ciri yang meliputi ciri fisik, mental
intelektual, dan sosial sebagai berikut:
1. Have
great intellectual curiosly
2. Learn
easly and readly
3. Have
a wide range of interest
4. Have
a broad attention
5. Have
ability to do effective work independently
6. Have
learned to read early
7. Show
initiative and originality in intellectual work
8. Able
to memoriez quickly
9. Procces
unusual imagination
10. Follow
complex direction easly
11. Rapid
readers
12. Have
several hobbies
13. Make
frequent and effective use of library
14. Are
superior in mathematic, particularly in problem solving.
Selanjutnya Tetller, Becker dan Sausa serta
Fieldhusen (dalam Ichrom: 1988), ciri-ciri keberbakatan sebagai berikut: a)
ingin tahu, b) tekun dalam mengejar minat, c) cepat memahami lingkungan, d)
kritis pada diri sendiri dan orang lain, e) rasa humor tinggi, f) peka terhadap
ketidakadilan, g) pemimpin banyak area, h) tidak mau menerima respon yang
dangkal, i) memahami dengan mudah prinsip-prinsip umum, j) kosa kata luas, k)
pekerja mandiri dan inisiatif, dan l) memahami hubungan dan mengenal makna.
D.
Konsep
Renzulli Terkait Keberbakatan
Konsep Renzulli disebut dengan the three rings
conception, yaitu anak berbakat memenuhi tiga kriteria yakni memiliki kemampuan
di atas rata-rata, komitmen terhadap tugas dan kreativitas (Reni, Hawadi:
2002).
1. Kemampuan
baik di atas rata-rata
Kemampuan
di atas rata-rata mencakup dua hal, yaitu kemampuan umum dan kemampuan khusus.
Kemampuan umum terdiri dari kapasitas untuk memproses informasi,
mengintegrasikan pengalaman, respon yang cocok, dan adaptif terhadap situasi
baru. Contohnya, kemampuan logika dan hitungan, spatial, daya ingat, dan
kelancaran kata. Kemampuan ini diukur dengan tes intelegensi.
Kemampuan
spesifik pada bidang tertentu seperti matematika dan kimia mempunyai hubungan
yang kuat dengan kemampuan umum sehingga potensi dalam bidang ini dapat
ditentukan melalui tes intelegensi dan tes bakat.
2. Tanggung
jawab terhadap tugas
Konsisten
terhadap tugas dapat ditemukan pada orang yang tergolong kreatif produktif yang
memiliki rasa tanggung jawab, suatu bentuk halus dari motivasi. Motivasi
biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang merupakan faktor
pemicu pada organisme, tanggung jawab tersebut ditampilkan pada tugas tertentu
yang spesifik.
3. Kreativitas
Nicholes
(dalam Reni, Hawadi:2002), mendeteksi keberbakatan dapat dilakukan dengan cara
menganalisis produk kreatif untuk melihat dan meramalkan potensi kreativitas subjek.
E.
Anak
Berbakat Intelektual
Anak berbakat intelektual merupakan orang atau
sekelompok orang yang memiliki kemapuan umum yang relatif tinggi dan dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara baik.
Anak berbakat intelektual sering dikaitkan dengan
anak yang memiliki intelegensi yang tergolong cerdas. Namun, pernyataan
tersebut tidak semuanya benar, dapat juga ditemukan anak berbakat intelektual
yang memiliki intelegensi di atas rata-rata bahkan normal. Ciri-ciri anak
berbakat intelektual menurut Dhammacitta, diantaranya: a) mudah menangkap
pelajaran, b) ingatan baik, c) pembendaharaan kata yang luas, d) penalaran
tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab akibat), e) daya
konsentrasi dan analisis baik, f) menguasai banyak bahan tentang berbagai
topik, senang dan sering membaca, g) ungkapan diri lancar dan jelas, h)
pengamat yang cermat, i) cepat memecahkan soal, j) cepat menemukan kekeliruan
dan kesalahan, k) daya abstraksi tinggi, dan l) selalu sibuk menangani berbagai
hal.
KEPUSTAKAAN
Conny, Semiawan. 1997. Perspektif
Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Dhammacitta.
2012. Ciri-Ciri Anak Berbakat Intelektual, (online) (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5411.0),
diakses 12 Desember 2012.
Reni,
Akbar dan Hawadi. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soleh,
M. Ichrom. 1988. Perspektif Pendidikan Anak Gifted. Jakarta: Depdikbud PPLP-TK.
Tengku,
Zahara J. 2001. Arah Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: UNJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar