PENGUKURAN KREATIVITAS
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk
mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan
langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat,
tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia
adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes
inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya.
Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di
Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices,
Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang
khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat
digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu
mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia,
demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat
psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford
yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran,
kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative
Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah,
mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk
tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru
ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative
Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya
mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal
(Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari
Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi
berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk
ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata,
membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan
apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel
(ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur
kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986
telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur
10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan
dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur
kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsure-unsuryang
diberikan.
Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi
efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh
dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat
oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk
mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas dan kepemimpinan.
Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat
kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana
untuk Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format
untuk Sekolah Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi
laindari keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu
dengan memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran
manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek,
menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil, dsb.). Makin banyak
alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang juga berarti
makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient),
yang diperoleh juga dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan
kelompok sebayanya.
Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan
deretan pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar
menggunakan tes proses kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran
divergent menjadi popular mengukur dari proses dan potensial kreatif.
Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon
tepat khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan
membutuhkan satu jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama
yang dikeluarkan oleh Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent
production test,Torrance’s (1962,1974) test of creative thinking (TTCT). Hampir
semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam penelitian dan pelajaran
kreatifitas.
The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan
fakta-fakta beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan
beberapa aspek dari (1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide
terdahulu.
Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan
deretan pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The
Instances Test meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach
dan Kogan, 1965) di variasi dari penggunan tes,student memberikan respon yang
tepat “ceritakan pada saya cara berbeda penggunaan kursi”.Tes lainnya dari
deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan angka atau
bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi
susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg
J.Robert, (1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United
State of America)
CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS
Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung, sejumlah tes kreatifitas
telah disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif
(Torrance Test of Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan
bentuk figural.Yang terakhir sudah ada yang diadaptasi untuk Indonesia,yaitu
tes lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali digunakan di
Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya
Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan
ukuran kreativitas figu-ral.Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian standarisasi tes
lingkaran,dan tes ini kemudian disebut tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai
baku untuk usia 10 sampai dengan 18 tahun. Tahun 1977 diperkenankan tes
kreatifitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk Indonesia,yaitu Tes
Kreatifitas Verbal oleh Utami Munandar,berdasarkan konstruk Model Struktur
Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas, Kreatifitas merupakan suatu konstruk
yang multi-dimensional,terdiri dari berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif
(berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian),dan dimensi
psikomotor (keterampilan kreatif).Masing-masing dimensi meliputi berbagai
kategori,seperti misalnya dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir
divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam
berfikir,kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing
unsure dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa
contoh tes yang mengukur orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes
penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam
penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata,tes purdue yang biasanya digunakan
dikawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam gagasan untuk
penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.
Tes yang mengukur ciri kepribadian
kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling sedikit 50 ciri kepribadian yang
berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri ini disusun skala yang dapat
mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri tersebut.beberapa tes
mengukur ciri-ciri tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,diantaranya
adalah:
- Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari
tes Torrance untuk berfikir kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur
kelenturan berfikir.
- Tes Risk Taking,digunakan untuk menunjukkan
dampak dari pengambilan risiko terhadap kreatifitas.
- Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang
menunjukkan prefensi untuk ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri
kepribadian kreatif
- Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana
seseorang mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang
sudah digunakan di Indonesia ialah Ben Sex Role Inventory.
Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan
pensil untuk mengukur kreatifitas,dirancang beberapa pendekatan alternatiF:
- Daftar periksa (Checklist) dan Kuisoner, alat ini
disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki
pribadi kreatif.
- Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang
telah dilakukan seseorang dimasa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi
yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif dimasa depan.Format
yang paling sederhana meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang
kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas prilaku kreatif.
- Bagian dari berfikir kreatif. Asumsi kita adalah
bahwa kreatif proses yang bergerak salah satunya karena suatu masalah
telah teridentifikasi atau karena orang berlomba-lomba untuk menghasilkan
sesuatu yang sebelumnya dianggap belum ada dan tidak mungkin,atau karena
seseorang ingin mengetahui apa yang mungkin jika suatu aktifitas telah
berjalan,orang kemudian harus mulai berfikir tentang berbagai arah
tujuannya.
Sekarang kita sampai pada inti dari proses ide kreatif,dalam konteks
ini,(Guilford (1950) mengacu pada munculnya ide-ide ini tampak nyata ketika ide
ini digunakan pada kesempatan sehingga berguna atau bermanfaat,Guilford
berpendapat juga bahwa kelancaran ide/gagasan adalah kapasitas untuk
menghasilkan sebuah angka besar Dari ide-ide dalam periode waktu yang
diberikan,yang relavan dengan beberapa situasi,ini menjadi salah satu karakter
berfikir positif.
Selain itu untuk menjadi lancar dalam menghasilkan ide,pemikir kreatif juga
harus menjadi pemikir yang fleksibel.Pendapat Guilford,berfikir negative dapat
mungkin memerlukan bahwa menjauh dari suatu kebiasaan berfikir dan
meninggalkannya kemudian masuk dalam pola fikir yang baru.
Pemikir kreatif selalu menghasilkan ide yang original.Orang yang
menghasilkan banyak ide-ide original, dalam pandangan Guilford adalah orang
yang juga menghasilkan solusi yang kreatif untuk sebuah masalah.Guilford
menyatakan kelancaran flexibilitas, originalitas dan combinasi pengukuran
kedalam cara berfikir divergen.
Sejauh ini bahwa Guilford menggunakan keahliannya dengan tes IQ dan
pengembangan tes untuk mengukur kapasitas berfikir,lebih lanjut lagi persamaan
psikometri dengan IQ,Guilford percaya bahwa masing-masing orang mempunyai
kemampuan berfikir kreatif. Ini berarti kemampuan berfikir divergen,
terditribusi dengan normal diantara populasi.
Orang yang menghasilkan kemajuan - kemajuan kreatifitas (Picasso, Edison,
Mozart) menjadi bagian dari kapasitas berfikir divergen untuk derajat yang luar
biasa,tetapi tiap orang mempunyai beberapa kemampuan,jika satu dari kemampuan
ini tidak dites dengan membuat suatu asumsi,ini bisa jadi bukan tes kreatifitas
dan kepribadian kreatif,oleh karena itu tes yang lain harus diasumsikan sebagai
kelanjutan diantara proses-proses. (Weisberg W.Robert,(2006),
Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions,
and the arts, John Wiley & Sons,Inc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar